Dalam kehidupan seorang muslim, shalat adalah kewajiban utama yang menjadi tiang agama. Shalat bukan hanya rutinitas ibadah, tetapi juga bentuk komunikasi yang mendalam antara hamba dengan Sang Pencipta. Di tengah kekhusyukan ibadah ini, terdapat satu elemen penting yang sering kali luput dari perhatian. Sajadah bukan sekadar alas, tetapi merupakan simbol dari ruang sakral pribadi yang mendukung kenyamanan dan kekhusyukan dalam beribadah.
Sajadah berasal dari bahasa Arab "سجادة" (sijādah), yang berarti karpet atau alas sujud. Pada awalnya, umat Islam tidak memiliki sajadah khusus seperti saat ini. Mereka menggunakan alas apa pun yang bersih—seperti tanah, tikar, atau kain sederhana—untuk bersujud.
Perkembangan sajadah sebagai produk khusus untuk shalat mulai muncul seiring dengan penyebaran Islam ke berbagai wilayah, seperti Turki, Persia (Iran), dan Asia Tengah. Di sinilah seni dan budaya lokal mulai mempengaruhi desain dan estetika sajadah. Karpet Persia yang terkenal menjadi inspirasi dalam desain sajadah, terutama dengan motif-motif islami seperti mihrab (niche masjid), kubah, kaligrafi, dan ornamen geometris.
Banyak orang memiliki sajadah favorit yang hanya dipakai saat shalat malam (tahajud), atau sajadah warisan keluarga yang penuh kenangan. Bagi sebagian orang, sajadah bukan hanya alas, tetapi bagian dari sejarah hidup spiritualnya.
Sajadah adalah bagian dari perjalanan spiritual seorang muslim. Di atas sajadah, air mata tumpah dalam doa, harapan disampaikan dalam sujud, dan ketenangan dicari di tengah hiruk pikuk dunia. Maka, memilih sajadah bukan sekadar urusan estetika atau kenyamanan, melainkan memilih sahabat dalam tiap sujud.
Sebagaimana tagline yang digaungkan Till Jannah Collection:
"Ingat Ibadah, Ingat Till Jannah."
Sajadah yang tak hanya menemani sujudmu hari ini, tapi juga menjadi saksi perjalananmu menuju surga.
0 komentar:
Posting Komentar